RSS

Top Artikel Seliante's:

Cari Blog Ini

Keindahan Sakura pada Musim semi di Amerika

Rabu, 23 Maret 2011. 
Siapa bilang bunga Sakura hanya ada di Jepang? Di Amerika Serikat juga ada. Tak hanya itu, kemunculan bunga tersebut dirayakan, khususnya pada musim semi. Saat itu bunga-bunga cantik tersebut bermekaran. Boleh dibilang, perayaan setahun sekali itu ditunggu-tunggu semua orang. Walhasil, bunga Sakura yang memang sudah indah jadi terasa sangat istimewa pada momentum perayaan itu.

Kalau orang Jepang menyebut bunga yang tergolong familia Rosaceae dan genus Prunus itu Sakura, orang Amerika dan Inggris menyebutnya cherry blossom karena merupakan bunga dari pohon ceri, dan memang ”sakura” dalam bahasa Inggris disebut ”Japanese Flowering Cherry”. Untuk menyebut buah ceri, orang Jepang bilang ”sakuranbo”.

Sakura, juga bunga seruni, memang menjadi ikon budaya Jepang. Perlu diketahui, bunga sakura yang paling populer di sana adalah Somei Yoshino. Bunganya putih dengan semburat merah jambu di tengah yang membuat sakura itu makin terlihat klasik.

Somei Yoshino merupakan favorit dari berbagai jenis sakura yang ada di Jepang selain Yamazakura, Yaezakura, Shidarezakura, Kikuzakura, Shogetzu, Kanzan, Fugenzo, Ichiyo dan Ukon. Jenis yang disebut terakhir itu memiliki warna yang berbeda yaitu kuning. Sedangkan jenis yang paling unik adalah Shidarezakura (weeping cherry) yang memiliki cabang-cabang menjulur ke bawah bagaikan tetesan airmata. Di Amerika yang populer adalah jenis Somei Yoshino dan Yaezakura.

Sakura mulai mekar sekitar bulan April dan Mei. Sedangkan beberapa jenis ada yang mekar akhir musim gugur atau pertengahan musim dingin. Sakura memang tergantung musim. Saat udara hangat, mereka akan mekar lebih cepat, sedangkan saat udara lebih dingin, mereka mekar lebih lambat.

Waktu merekahnya juga cukup singkat, hanya bertahan sekitar seminggu atau sepuluh hari. Saat merekah, saat itulah biasanya penduduk Jepang merayakan Hanami (flower viewing), yaitu piknik bersama teman atau keluarga di bawah deretan pohon-pohonnya. Tentunya di saat udara cerah dan angin bertiup tak terlalu kencang.

Kecantikan sakura memiliki arti spiritual dan filosofis tentang kehidupan manusia. Bagi orang Jepang, bunga itu menyimbolkan kegembiraan dan kesedihan dan mengingatkan manusia untuk selalu bersyukur dan menghargai kehidupan dan kematian. Selain itu, sakura juga mengingatkan kita bahwa segalanya memiliki kebalikan. Ada sedih, ada gembira. Ada hidup, ada saatnya mati. Ada saatnya merekah dengan indahnya dan ada saatnya berguguran. Dan perayaan terhadap bunga sakura, di Jepang dan di Amerika Serikat, memiliki makna seperti itu.

Lalu kenapa pohon sakura itu bisa sampai ke Amerika Serikat? Ceritanya, pada tahun 1912, pemerintah Jepang memberikan sekitar 3.000-an bibit pohon sakura sebagai tanda persahabatan di antar kedua negara. Oleh pemerintah Amerika, bibit-bibit pohon itu ditanam pada lahan di Sakura Park yang berada di tengah kota serta di pinggir aliran Tidal Basin, Washington DC.

Ini sebuah pilihan yang sangat mengagumkan sekaligus eksotis karena di sekitarnya terdapat banyak bangunan bersejarah bagi masyarakat Amerika Serikat. Bangunan-bangunan itu antara lain Washington DC Monument, Lincoln Memorial, dan White House. Tak hanya di tempat-tempat tersebut, selanjutnya bibit pohon sakura ditanam pula di beberapa distrik lain seperti di Los Angeles, Philladelphia, New Jersey, Georgia, dan Washington Seattle.

Tak hanya ditanam, acara untuk memeriahkan berbunganya tanaman tersebut juga dirayakan. Setahun sekali, setiap awal atau pertengahan bulan April, diselenggarakan National Cherry Blossom Festival di area Sakura Park tersebut. Tujuannya jelas, selain sebagai pengingat persahabatan dua negara, perayaan itu juga untuk menyambut kedatangan Musim Semi yang salah satunya ditandai oleh mekarnya bunga sakura. Festival itu didukung sepenuhnya oleh The Japan-America Society of Washington DC yang pada tahun ini menggelar ”49th Annual Sakura Matsuri Japanese Street Festival”. Lokasinya di Pennsylvania Avenue, hanya sekitar beberapa blok dari Sakura Park.

Hari itu, 28 Maret 2009, National Cherry Blossom Festival, dimulai. Ketika itu matahari bersinar cerah. Sayangnya, angin kurang bersahabat dan bertiup kencang. Tapi itu tak menyurutkan para para penduduk yang tinggal di seputaran Washington DC, Maryland, dan Virginia untuk berbondong-bondong datang melihat keindahan Sakura sekaligus menonton parade dan menikmati budaya serta makanan khas negeri asal bunga tersebut.

Festival yang berlangsung selama 16 hari itu begitu meriah. Bagaimana tak meriah, bayangkan saja, setiap tahunnya acara perayaan itu bisa menjaring 600 ribuan orang yang datang ke situ. Tak hanya selama festival berlangsung, mereka juga masih berdatangan hingga kemekaran sakura berlalu seiring perginya Musim Semi.

Paradenya sendiri berlangsung mulai pukul 10.00 dan hanya berputar-putar di sekitar Pennsylvania Avenue. Pesertanya begitu beragam. Selain barisan partisipan yang mewakili berbagai negara yang diundang, yang tampil di panggung parade ada Cherry Blossom Queen, marching band murid-murid sekolah menengah umum, Miss America 2009 Pageant Katie Stam, sampai Kimberly Locke, American Idol 2. Tak hanya Kimberly, sederetan artis lokal lainnya pun tak mau ketinggalan ikut meramaikan festival tahunan tersebut. Panggung utamanya terletak di halaman depan Lincoln Memorial yang merupakan lokasi strategis karena dikelilingi pemandangan gedung-gedung historikal serta berlatar belakang Washington Monument yang menjulang tinggi.

Harajuku Pindah Tempat
Selain National Cherry Blossom Festival, yang tak kalah semaraknya adalah Sakura Matsuri Japanese Street. Ini merupakan festival di jalan khas Jepang terbesar di Amerika Serikat. Acaranya berlansgsung dari pukul 11.00 hingga 18.00. Tahun ini, ada 30 stan yang terlibat dengan beragam tawaran. Ada stan barang-barang kerajinan khas Jepang, kimono, wahana permainan ala Jepang, sampai makanan-minuman ala Western dan Jepang. Untuk yang terakhir,pengunjung tinggal memilihnya dari 20 stan makanan dan minuman yang ada.

Festival itu memang hanya berlangsung selama satu hari saja. Meski begitu, tak kurang-kurang atraksi ditampilkan di panggung hiburan. Tak hanya orang dewasa, kanak-kanak pun menyenanginya karena ada beberapa stan khusus untuk mereka. Sebut saja stan origami. Stan ini bagaikan taman bermain yang ramai dipenuhi anak-anak yang asyik melipat kertas membentuk burung camar atau bentuk-bentuk lainnya. Bukan hanya anak-anak Jepang yang semangat berorigami, tapi juga anak-anak bermata biru ikut mencobanya. Stan ini jadi salah satu stand tersibuk di festival kali ini. Adapun stan yang digemari anak-anak adalah Childrenís Corner karena mereka bisa bertemu pesulap serta pendongeng cerita anak-anak Jepang.

Sakura Matsuri Japanese Street mulai diadakan pada tahun 1961 di seantero Jepang sebelum menyebar ke negara-negara lain, termasuk ke Amerika Serikat, khususnya di Washington DC. Pada acara itu, ibaratnya kebudayaan Jepang tumplek-blek di tempat yang jauh dari wilayah asalnya. Ya, kita bisa melihat tata cara kehidupan, makanan, perayaan adat, sampai religi penduduknya. Pokoknya dari A-Z perjepangan bisa kita ketahui dalam sebuah festival semarak, lengkap dengan keindahan bebungaan sakuranya. Pada saat itu, orang bolehlah melupakan sejenak bahwa saat itu tidak sedang berada di Amerika Serikat.

Yang lebih seru, pada acara tersebut kita bisa bertemu dan berfoto bareng dengan karakter Avatar dan para Samurai. Satu lagi, bagi yang pernah ke Harajuku atau paling tidak pernah melihat atau mendengar cerita tempat berkumpul anak muda Jepang, bisa merasakan tempat itu seperti pindah ke Pennsylvania Avenue. Remaja Jepang berlalu-lalang dengan dandanan meriah dan unik sembari berceloteh riang dengan bahasa ibu mereka.

Uniknya, banyak remaja ”bule” juga berpenampilan gaya Harajuku. Warna rambut merah menyala, riasan gotik, dengan legging ketat dan kaus thermal garis-garis ditumpuk rok mini berenda. Kebetulan karena musimnya juga mendukung mereka memakai baju bertumpuk sekaligus melindungi dari terpaan angin kencang dan udara yang masih terasa dingin di awal musim semi. Tak terlihat beda antara geng Jepang dan geng bule. Ah ya, yang membedakan, Harajuku ”bule” itu berceloteh dalam bahasa Inggris.

Selain lalu-lalang di area festival, mereka banyak juga berkumpul di stan yang menyuguhkan atraksi seperti martial art dan panggung musik J-Pop. Suguhan musik J-Pop ini makin menciptakan kemeriahan di sekitar panggung festival. Beberapa Japanese Pop Band langsung diboyong dari negara asal. Tak tanggung-tanggung, salah satu penyanyi beken asal Jepang, Ai Kawasima, juga turut tampil menyanyikan lagu hitsnya, ”My Love”. Lengkap sudah. Musik, tarian, makanan ala Jepang tersaji di sebuah tempat di Amerika Serikat. Lebih-lebih lagi, gaya Harajuku seperti sedang berpindah tempat. sumber: SuaraMerdeka

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...