RSS

Top Artikel Seliante's:

Cari Blog Ini

Marga Munthe, Marga Paling Besar

Sabtu, 15 Januari 2011. Posted by: bangpun
 
Berbicara masalah marga (klan) dalam kebudayaan Indonesia mungkin kita pasti ingatnya ke pulau sumatera dan terfokus ke daerah utara. Marga di pulau sumatera bagian utara ini menjadi bagian khasanah kebudayaan bangsa yang harus dipelihara, daerah yang ditempati oleh sebagian besar suku batak ini memang sangat kental dengan marga. Marga Munthe adalah salah satu marga besar dari sekian banyak marga yang ada, bisa dikatakan marga yang “super big” dengan mempunyai cabang yang sangat banyak dibandingkan dengan marga lain. 

Marga Munthe memiliki 9 puak yaitu :
1. Marga Munthe dari Puak Tongging-Sipitunihuta
2. Marga Ginting Munthe dari Puak Karo
3. Marga Munthe dari Puak Dolok Sanggul
4. Marga Munthe dari Puak Toba
5. Marga Dalimunthe dari Puak Angkola dan Mandailing
6. Marga Munthe dan Dalimunthe dari Puak Labuan Batu
7. Marga Saragih Munthe dari Puak Simalungun
8. Marga Munthe dari Puak Gayo Lut dan Tanah Alas
9. Marga Munthe dari Puak Dairi.

Dari seorang sumber mengatakan bahwa asli Munthe adalah di Karo, perkataan ini dikuatkan dan dibuktikan dengan terdapatnya Kecamatan Munthe di Karo sedangkan klaim atas keturunan Raja Nai Ambaton ditolak oleh seorang bapak bermarga Ginting Munthe tersebut.

Di lain pihak, sumber pernah bercerita dengan seorang Simalungun bermarga Saragih Munthe,nah ini lain pernyataannya yaitu Saragih Munthe adalah salah satu bagian dari Saragih asli Simalungun jadi setaraf dengan Saragih Sumbayak, Saragih Garingging, Saragih Jawak dan Saragih Dasalak. Namun sayangnya lawei ini tidak bisa menjelaskan bahwa Saragih Munthe yang diklaimnya sebagai Saragih asli Simalungun itu cabang dari Saragih yang mana?

Di Tigaraja Silimahuta seorang bergelar Pa Nambah Munthe (2000) ia berumur 82 tahun. Beiau mengatakan bahwa dari cerita orang-orang yang telah tua yang didengarnya secara turun-temurun (beliau berasal dari Tongging) menyangkal/membantah (bahkan dengan nada marah) bahwa tidak benar Munthe berasal dari orang Toba (Naiambaton). Benar bahwa ada Munthe dari Tongging yang menyeberang ke Toba, bukan dari Toba ke Silimahuta (Tongging).

Konon, secara turun-temurun dia mendengar bahwa nenek moyang Munthe ini datang dari pantai timur Sumatera dari sana ke pedalaman sampai ke Ajinembah, Tongging terus ke Toba. Dari Ajinembah ke daerah Simalungun sekarang ini. Menurut beliau tidak ada suku kata “th” di dalam bahasa Batak.

Pa Nembah melanjutkan lagi bahwa kata “Munthe” itu adalah nama tempat (suatu lokasi) di daerah Hindia Belakang dan kemudian menjadi nama pengenal nenek moyangnya. Mungkin tempatnya kata beliau berada di daerah Campa (Thailand) sekarang ini. Kesimpulannya kata oppung ini, Munthe itu satu. Baik yang di Simalungun, Toba, Karo dan Pakpak atau Alas. Mereka itu satu nenek moyang dari Munthe yang dari Campa itu. Jadi jelas Munthe itu bukan diaspora dari Toba, tapi dari Siam sana. Mungkin pihak Munthe perlu mencari kebenarannya ke daerah “Munthe” di Siam sana!

Marga Munthe unik bila dibanding dengan nama keluarga lainnya. Pasalnya Munthe digunakan oleh berbagai suku, daerah, wilayah, atau kumpulan penduduk yang mendiami tanah sekitar danau Toba. Meliputi, Tongging Sipituhuta, Tanah Karo Simalem, Dolok Sanggul, Toba, Mandailing dan Angkola, Labuhan Batu, Simalungun, Suku Alas,dan  Pakpak Dairi. Dan kabarnya ,Munthe ada juga mengelompok di daerah tertentu pulau Sulawesi Irian.

Di Sulawesi mereka menyebut Muntu dan desanya dinamai Desa Munte. Uniknya Lagi Munthe sudah digunakan oleh 12 orang diantara tahun 1000-1499. Tertua bernama Ascricus van Munte (1072 - …) tinggal di Vlanderen wilayah Belgia sekarang. Di Norwegia, keturunan Ludvig Munthe (1593-1649) disusun rapi silsilahnya oleh Severre Munthe, dalam buku Familiem Munthe In Norge. Kini (1995) jumlah keturunannya lima ratus lebih. Munthe Norwegia menyatakan bahwa Vlanderen adalah tanah asal leluhur mereka.

Persinumbahan (ilmu –ilmu gaib dan Oppung Jelak Karo menamakan tempat itu Aji Nembah pertapaan sakti dan keramat) dan ahirnya disanalah ia menetap dan membuka huta yang dia namakan Huta Aji Nembah". Tn Sipinangsori (1395-1435) Berasal dari Ajinembah Karo landen, anak Jelak Karo, tiba di Raya Simbolon sekitar tahun 1428 menunggang horbo Sinanggalutu (Versi FKMMI Puak Simalungun. Buku Kenangan Marga Munthe, hal. 81, 83, 95)

Seorang Dalimunthe cerita. Bahwa leluhurnya zaman duhulu kala takkala sampai di daerah Labuhan Batu membawa bibit semacam kacang yang disebut "dali". Kacang ditanam dan panen pada waktunya.Ternyata para tetangga suka akan kacang tersebut. Dan para tetangga menyebut kan "Tolong ambilkan (mungkin barter) kacang "dali-Munthe" ". Begitulah penyatuan kata terus menerus dan menjadi sapaan bersahabat, "Dalimunthe." "Munthe lah leluhur kami" kata penutur cerita menutup ceritanya..

Seorang Saragih Munthe cerita Lagi. "Tolong dalam menuliskan nama saya, ada "Saragih" nya" katanya tegas namun senyum. "Pasalnya, leluhur kami dahulu kala tak boleh punya tanah di Raya kalau tidak menuliskan "Saragih" sebelum Munthe" lanjutnya sambil tersenyum simpul.
"Dan leluhur kamilah penunggang "Kerbo Nenggala Lutu" dari Ajinembah itu" timpal seorang Saragih Munthe lainnya yang duduk disampingnya.

David Munthe Seorang Anthrofologi tinggal di Madagaskar asal Norwegia. Mengunjungi Kuta Ajinembah, diantar oleh Pengurus Nomensen dan diterima oleh Pendeta Pantekosta Ajinembah (1971). David mengemukakan bahwa leluhurnya berasal dari Ajinembah . Dia tahu rumah sendi, dan mengatakan "putih" dalam bahasa ibunya dengan "Mbulan". (Penutur, penduduk Ajinembah, 2001).

Jadi, mungkin saja terjadi, seorang Munthe petualang naik ke kapal dan kemudian turun pada suatu daerah pelabuhan, kemudian menetap pada suatu daerah tertentu. Tampaknya pelabuhan Barus punya peran. Peran memberangkatkan atau menerima pendatang baru yang kemudian menetap.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...