RSS

Top Artikel Seliante's:

Cari Blog Ini

Tanah Alas dalam Perjuangan Kemerdekaan

Perang Kemrdekaan
Minggu, 9 Januari 2011. posted by: bangpun
 
Tanoh Alas (nama lain dari sebutan Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara) pada awal kemerdekaan merupakan sebuah kewedanan dari kabupaten Aceh Tengah yang dikuatkan dengan Undang-undang No. 7 (Drt) Tahun 1956. Sulitnya transportasi yang menghubungan Tanoh Alas dengan Takengon (ibukota Aceh Tengah) dan didukung aspirasi masyarakat, akhirnya pada tahun 1974 Kabupaten Aceh Tengah dimekarkan menjadi Kabupaten Aceh Tengah dan Aceh Tenggara melalui Undang – undang No. 4 Tahun 1974. Tepatnya pada tanggal 26 Juni 1974Kabupaten Aceh Tenggara resmi berdiri.

Konon, selain sebagai bulan di mana berdirinya Tanah Alas sebagai Kabupaten, ternyata pada bulan juni juga menjadi bulan kelabu dan mala petaka bagi rakyat Tanah Alas pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.


Setelah pasukan marsose Belanda di bawah pimpinan Van Daalen berhasil menaklukkan Keujeurun Patiambang (Gayo Lues) pada tanggal 2 Juni 1904 dengan melakukan ekspansi dan ekspedisi lewat Rikit Gaib dan mendapat perlawanan sengit dari rakyat setempat, Pemerintah kolonial Belanda memutuskan melanjutkan wilayah jajahannya ke Tanah Alas.

Pada tanggal 4 Juni 1904, pasukan marsose pemerintahan Belanda bergerak dari Blangkejeren melintasi Gumpang, Meloak dan tiba di Tualang pada tanggal 10 Juni 1904. Lalu menduduki Penampaan dan Lawe Sagu. Di Lawe Sagu Belanda mendirikan rumah sakit lapangan.

Tanggal 14 Juni 1904 benteng kekuatan pasukan tanah alas Kutarih jatuh, perperangan penduduk tanah alas untuk mempertahankan tanahnya dari pasukan kolonial Belanda menyisakan luka mendalam bagi pejuang Tanah Alas. Beratus-ratus pejuang termasuk wanita dan anak-anak dibantai hingga tewas. Disusul dengan kejatuhan benteng Likat (432 orang tewas) pada tanggal 20 Juni 1904.

Dengan jatuhnya kekuatan pertahan Kutarih dan Likat ke tangan Belanda, perjuangan pembela (pahlawan) tanah alas hanya menyisakan pertahan Kute Lengat Mbaru. Perlawanan rakyat Tanah Alas (Kute Lengat Mbaru) mempertahan tanah leluhur dibantu oleh pejuang-pejuang dari Gayo Lues yang melarikan diri ke Tanah Alas akhirnya jatuh juga ke tangan Belanda pada tanggal 24 Juni 1904.

Tanggal 29 Juni 1904 secara resmi Keujeurun Bambel dan Keujeurun Batu Mbulan menyerah kepada Belanda. Pasukan Marsose melanjutkan perjalanan ke Tanah Karo dan Dairi kemudian ke Sibolga tanpa perlawanan. Dari Sibolga pasukan Marsose dengan menaiki kapal laut berlayar ke Ulee Lheu dan disambut oleh Gubernur Sipil dan Militer Aceh dan Daerah Taklukannya di Kutaraja. Dengan berakhirnya Perang Gayo dan Alas melawan Kolonial Belanda ini berakhir pula Perang Aceh.

Sumber: Sejarah Tanah Gayo, Alas dan Batak

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...