Sejak lampau Sumur Dewa di manfaatkan oleh masyarakat Bakit sebagai tempat mencuci, mandi dan air minum. Sumur ini sudah ada sejak dahulu. Mulanya sumur ini timbul dipepasiran di bawah pepohonan pinggir pantai. Bakit berada di Kecamatan Jebus Kabupaten Bangka Barat. Menurut cerita sumur ini tak pernah mengalami kering walau musim kemarau berkepanjangan. Dan juga sumur ini tidak pernah meluap atau penuh walau musim hujan. Uniknya sumur ini juga walau terisi air laut rasa dan isi tetap tawar dan tidak kotor. Kedalamannya dari dulu hingga sekarang tetap +/- 30 cm.
Dulu sumur ini hanya satu, namun sekarangi menjadi dua. masyarakat sengaja membuat satu sumur lagi supaya bisa terpenuhi untuk kebutuhan masyarakat. Adanya sumur ini tidak menimbulkan perpecahan antara masyarakat Melayu dan Tionghoa. Mereka sama-sama memanfaatkan sumur Dewa tersebut.
Sumur Dewa disebut juga Sumur Kanjim artina 'tujuh dewa' atau juga disebut 'bintang tujuh'. Dewa tersebut sering menggunakan sumur ini pada waktu fajar dan sore hari. Sampai sekarang juga masih sering terdengar bunyi-bunyian orang mandi.
Dulu sumur ini hanya satu, namun sekarangi menjadi dua. masyarakat sengaja membuat satu sumur lagi supaya bisa terpenuhi untuk kebutuhan masyarakat. Adanya sumur ini tidak menimbulkan perpecahan antara masyarakat Melayu dan Tionghoa. Mereka sama-sama memanfaatkan sumur Dewa tersebut.
Sumur Dewa disebut juga Sumur Kanjim artina 'tujuh dewa' atau juga disebut 'bintang tujuh'. Dewa tersebut sering menggunakan sumur ini pada waktu fajar dan sore hari. Sampai sekarang juga masih sering terdengar bunyi-bunyian orang mandi.
Suatu hari pernah juga pekerja bangunan asal Palembang tidur di rumah dekat sumur. Beliau tidak bisa tertidur pada malam harinya karena mendengar suara percikan air orang mandi. Namun lama kelamaan mereka tidak takut lagi karena sudah terbiasa mendengar bunyi tersebut. Jadi bila Masyarakat Tionghoa mengadakan Cap Gome / Pikcun seolah-olah di sumur tersebut ada perayaan, dengan bunyi-bunyian percikan air (di siang hari).
Sumur Dewa ini juga selalu di manfaatkan keturunan Tionghoa sebagai air mandi untuk mayat/menyirami mayat. Mereka tidak pernah mengambil air di sumur lain meskipun banyak sumur galian pribadi di rumah masing-masing. Jadi sampai sekarang masih membudaya bagi mereka. Waktu mengambil air mereka meletakkan uang logam dalam sumur yang menurut mereka sebagai pengganti atau beli air / tukar air. Tapi sekarang uang tersebut dimanfaatkan oleh anak-anak. Bila ada uang, maka uang tersebut diambil oleh anak-anak dan dibelanjakan. Namun mereka (China) tidak mempersoalkan yang penting tidak mengganggu juga sebagai hiburan bagi anak-anak.
Sumur ini juga sering di kunjungi masyarakat Tionghoa baik dari Bakit maupun dari luar sebagai tempat bersantai. Biasanya mereka membasuh muka di sana dan mereka memiliki kepercayaan bahwa air tersebut bisa menghilangkan stress.
Sampai sekarang sumur tersebut tetap dimanfaatkan seperti dahulu kala. Tapi sekarang sumur itu memiliki sedikit perubahan bangunan. Dulu hanya papan sekarang permanen. Dulu satu dan sekarang ada dua. Satu tetap dimanfaatkan Cina sebagai tempat untuk memandikan mayat dan yang satu lagi untuk melayu madi. Sumur yang asli berada di sebelah kiri.
Rencana ke depan, sumur tersebut akan di perbaiki kembali dan di buat dengan tidak merubah bentuk aslinya, karena ini merupakan legenda masyarakat Kecamatan Jebus umumnya Bangka Barat beserta masyarakatnya.
Disekitar Sumur Dewa juga terdapat sumur yang disebut Air Pak Amit (Muk Loy). Namun air sumur ini sudah kering. Menurut cerita Pak Amit mempunyai indera ke-enam. Air sumur ini berwarna merah hati yang sampai kini masih ada tersimpan dalam botol Pak Ajang. Dulu air itu berwarna bening kemudian menjadi merah hati, sekarang jadi merah muda terkadang juga bening. Konon cerita Pak Ajang air ini bisa jadi obat, bila ada yang sakit dan pegal-pegal cukup dioleskan mudah-mudahan bisa sembuh. Ada juga orang lain yang menyimpan air tersebut, sebagai bukti kalau ada yang mau membuktikannya.
Sayangnya sumur ini sudah kering karena menurut cerita, Pak Amit diminta memilih sayang anaknya atau air sumur itu tetap ada. Tapi Pak Amat jelas memilih anaknya daripada sumur tersebut.
jadi sekarang sumur itu masih ada disekitar Sumur Dewa dalam keadaan kering. Dan Sumur Dewa tetap dimanfaatkan masyarakat setempat dan juga masyarakat Tionghoa di luar Bakik. Sumur ini berlokasi di bibir pantai Bakit di sekitar rumah penduduk.
0 komentar:
Posting Komentar