RSS

Top Artikel Seliante's:

Cari Blog Ini

Vancouver, Terasa Berada di Asia

Rabu, 23 Maret 2011. 
Pernah berkunjung ke wilayah Amerika Utara namun seolah merasa berada di daratan Asia? Itulah yang saya rasakan ketika pertamakali menginjakkan kaki di Vancouver, sebuah kota wisata di pantai barat Kanada.

Tempat ini adalah sebuah melting pot berbagai ras dan suku bangsa dari berbagai pelosok dunia. Keindahan alam, iklim yang tidak terlalu dingin, serta keramahan penduduknya, menjadikan Vancouver sebagai tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi. PBB pun tak ketinggalan pernah menobatkannya sebagai kota terbaik untuk ditinggali di dunia.

Seperti mayoritas negara-negara maju lainnya, perhatian pemerintah terhadap kelestarian lingkungan kota patut diacungi jempol. Penghijauan dapat disaksikan hampir di seluruh kota. Vancouver boleh berbangga memiliki sebuah taman seluas 400 hektar yang berfungsi sebagai paru-paru kota. Stanley Park, demikian sebutannya, merupakan tempat favorit bagi penduduk kota dan wisatawan untuk berolahraga dan berekreasi secara cuma-cuma.

Terkadang kota ini mengingatkan saya pada Bogor karena curah hujannya yang cukup tinggi, membuat Vancouver nyaris hijau sepanjang tahun. Pada musim semi, cherry blossom serta bunga tulip yang mekar di taman-taman kota dan rumah-rumah penduduk menambah semarak keindahan kota.

Namun rasanya waktu yang paling tepat mengunjungi Vancouver adalah pada saat musim panas, sekitar bulan Juni hingga Agustus, ketika curah hujan tidak terlalu tinggi.

Tak hanya indah, Vancouver juga menawarkan hidangan lezat dari berbagai negara dengan harga yang relatif terjangkau. Bagi penggemar makanan Asia, pilihan terbentang luas dari dim sum China, pho Viet Nam, sate ayam Indonesia, teh tarik Malaysia, kue bibingka Filipina, papaya pok pok Thailand, donburi Jepang, bibimbab Korea, samosa India, bahkan momo (sejenis dumpling) Tibet, disamping tentu saja makanan dari Eropa, Amerika Selatan, dan Timur Tengah.

Di Vancouver pula pertamakali saya mencicipi makanan Afrika yang pedas berbumbu mirip masakan India, dengan makanan pembuka berupa singkong goreng yang gurih dan renyah.

Vancouver memiliki Chinatown yang tercatat sebagai kampung China ketiga terbesar di wilayah Amerika Utara, setelah San Fransisco dan New York City. Di sini bisa ditemukan berbagai bahan makanan yang tak selalu dapat ditemukan di supermarket biasa, seperti sea cucumber (timun laut), ubur-ubur, maupun century egg yang sesuai dengan namanya terlihat seperti telur bebek berusia seratus tahun, berwarna coklat gelap akibat proses penggaraman.

Selama di Vancouver, ada sebuah restoran yang selalu saya kunjungi berkali-kali tanpa pernah merasa bosan. Restoran Hon’s terletak di Robson Street, pusat keramaian di downtown Vancouver. Walau bukan merupakan upscale restaurant, namun Hon’s selalu ramai oleh pengunjung hingga tutup pukul sepuluh malam. Menu favorit saya adalah nasi goreng yang dicampur dengan potongan kecil ikan asin dan ayam.

Rasanya? Enak sekali. Saking sukanya dengan nasi goreng itu saya berusaha beberapa kali membujuk pelayan, bahkan manajer restoran untuk memberitahu resepnya, yang tentu saja segera mereka jawab dengan tawa disertai ucapan: it’s a secret! Memang kemudian saya berusaha membuat sendiri nasi goreng ikan asin ala Hon’s tersebut, namun hingga kini tak juga dapat menyamai kelezatannya.

Untuk urusan yang manis-manis, saya tidak melewatkan toko es krim yang cukup banyak tersebar di kota ini. Pilihan saya jatuh pada La Casa Gelato yang memiliki lebih dari 200 rasa es krim, mulai dari rasa tradisional seperti coklat, vanila, cappuccino, teh hijau, hingga rasa yang tak pernah terpikirkan sebelumnya seperti jalapeno, jahe, taro, bawang putih, jamur porcini, dan kari yang di lidah terasa seperti mencicipi kari daging sapi.

Makanan khas Kanada sendiri? Yang pasti saya tak lupa menyantap steak di Keg Steakhouse and Bar yang kondang itu. Saya juga tak mau ketinggalan mencoba ikan salmon, salah satu hasil alam utama Kanada. Harganya memang cukup mahal dibandingkan jenis makanan lainnya, terutama jenis sockeye, namun saya beruntung ketika seorang ibu asal Indonesia yang terkenal kreatif, menyajikan gulai ikan salmon sebagai menu makan siang yang luar biasa nikmatnya. Untuk oleh-oleh, jangan lupa membawa smoked salmon (salmon asap) yang telah dikemas sedemikian rupa sehingga aman dibawa dalam perjalanan dan awet hingga lima tahun jika kemasannya tidak rusak.

Terbukti bahwa keanekaragaman makanan di Vancouver berbanding lurus dengan penduduknya. Namun bagi saya, hal terpenting yang menambah kelezatan makanan itu adalah perpaduan keindahan alam dan keramahan penduduknya. sumber : ed-kompas

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...