Senin, 21 Maret 2011.
Sekelompok remaja berusia belasan tahun berbaur dengan sejumlah orang dewasa asyik bermain–main di tepi pantai sambil sesekali menjerit. Sementara sejumlah orang lainnya dengan asyik melemparkan potongan roti ke dekat kerumunan di pinggir tepi pantai itu, membuat ”permainan” jadi lebih mengasyikkan.
Mereka pantas asyik dan juga menjerit karena permainan yang mereka lakukan mungkin tidak biasa. Di sekeliling kaki mereka ada ikan–ikan hiu berseliweran, seolah menikmati juga permainan itu. Sesekali ikan yang terkenal karena keganasannya itu meloncat ke permukaan, memperebutkan potongan roti yang dilempar ke arah mereka. Barisan gigi yang tajam sesekali terlihat ketika mereka muncul ke permukaan melahap potongan roti yang masih mengapung.
Jika pada awalnya banyak orang di tepi pantai itu agak takut–takut mengingat cukup banyak film menggambarkan keganasan hiu, lambat laut keberanian mereka pun tumbuh. Sejumlah orang, termasuk saya, malah jadi asyik berusaha menangkap bagian belakang ikan bertanda garis hitam pada sirip punggungnya itu. Namun, hiu yang panjangnya sekitar 80–100 cm itu nyatalah ikan yang sangat gesit menghindar. Hujan yang turun terkadang rintik, terkadang agak deras, sepanjang hari tidak menghambat aktivitas wisatawan bermain di sekitar Taman Laut Pulau Payar.
Taman laut yang berada satu jam perjalanan dengan kapal cepat katamaran dari Pulau Langkawi itu memang menyajikan berbagai keindahan pantai dan kekayaan alam bawah laut. Aktivitas laut, seperti snorkeling dan diving, tentu saja bagian tak terpisahkan dari pulau itu dan semuanya disajikan dengan berbagai kemudahan, termasuk penyediaan makan siang, berbagai minuman dan makanan ringan.
Permainan bersama hiu dan memberi makan hiu itu memang salah satu keistimewaan tersendiri di Pulau Payar, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pariwisata Langkawi. Pulau Langkawi, yang berada di dekat perbatasan Malaysia dengan Thailand itu, kini semakin diandalkan sebagai primadona pariwisata Malaysia dan diharapkan menjadi ”alternatif” lain atau pilihan setelah Bali. Hal itu bisa dibaca dari adanya penerbangan langsung dari Bali ke Langkawi dan dari berbagai tempat lain langsung ke Langkawi.
Pemerintah Malaysia memang sangat serius menjual potensi pariwisatanya, khususnya Langkawi, sebagai andalan mereka. Gugusan pulau dengan pulau utama sekaligus terbesar bernama Langkawi itu sejak awal disiapkan menjadi pulau wisata. Semua yang dijual di pulau ini serba bebas pajak sehingga memang relatif lebih murah dibandingkan dengan di Singapura, Kuala Lumpur, atau Bangkok.
Pemerintah Malaysia juga menggali habis–habisan seluruh potensi keaslian alam pulau ini sehingga berbagai bentuk keragaman alam dan lingkungan Langkawi menjadi andalan untuk mendatangkan wisatawan. Air terjun, telaga, gua dengan stalagmit dan stalaktit, serta rumah– rumah tradisional dijadikan andalan bersama fasilitas wisata modern yang khusus dibangun di pulau itu, seperti Underwater World (semacam Sea World di Ancol), tempat penangkaran buaya, pusat pertokoan, dan restoran yang umumnya menyajikan makanan laut, masakan china, dan makanan India. Kendaraan roda dua atau roda empat untuk disewa pun banyak tersedia.
Sayangnya, sisi kebudayaan dan atraksi kesenian khas memang kurang terlihat di Langkawi sehingga jika dibandingkan dengan Bali, tempat wisata andalan Indonesia itu masih jauh lebih unggul dalam berbagai hal.
Meski memiliki sejumlah kekurangan dan berbagai fasilitas di Langkawi masih terus dalam proses pembangunan, banyaknya wisatawan yang datang ke pulau itu adalah bukti keseriusan Malaysia menjual modal kekayaan pariwisatanya. Pengiklanan yang gencar di media internasional juga ditunjang berbagai kesiapan pelayanan di lapangan.
0 komentar:
Posting Komentar