Kamis, 27 Januari 2011.
Stres tidak bisa dihindari. Stres datang dengan berbagai macam keburukan pada tubuh dan kecantikan. Salah satu yang paling mengesalkan, stress membuat tubuh menyimpan lemak dalam jumlah melebihi batas yang kita butuhkan. Anda bisa mengurangi dampaknya dengan melakukan hal-hal kecil berikut ini:
1. Push up
Ya benar, lakukan push up saat stres mendera. "Menggerakkan otot adalah salah satu cara yang efektif, dan merupakan pelega stres instan. Hal ini sebenarnya 'menipu' diri untuk membuatnya berpikir bahwa Anda sedang berlari dari sumber stres," jelas Shawn Talbott, PhD, pengarang The Cortisol Connection.
1. Push up
Ya benar, lakukan push up saat stres mendera. "Menggerakkan otot adalah salah satu cara yang efektif, dan merupakan pelega stres instan. Hal ini sebenarnya 'menipu' diri untuk membuatnya berpikir bahwa Anda sedang berlari dari sumber stres," jelas Shawn Talbott, PhD, pengarang The Cortisol Connection.
Berolahraga membuat darah dalam tubuh bersirkular lebih cepat, menghantar kortisol ke ginjal dan mengeluarkannya dari sistem tubuh. Tetapi jika Anda tak punya lahan untuk push up atau tak bisa melakukannya, menggerak-gerakkan otot-otot tangan atau betis juga bisa membantu. Bahkan berjalan kaki saat istirahat makan siang juga bisa membantu. Dalam sebuah studi, Talbott menemukan bahwa 18 menit berjalan, 3 kali seminggu bisa mengurangi hormon stres sekitar 15 persen.
2. Makan perlahan
Saat stres, kita lebih sering makan dengan cepat, bahkan makanan sehat sekalipun. Bahkan, para ilmuwan menemukan kebiasaan makan cepat ini dengan peningkatan porsi, dan lemak pada perut yang berlebih. Namun Epel berhipotesa bahwa makan dengan perlahan, menikmati setiap gigitan, dan merasakan perut yang mulai kenyang, bisa menurunkan level kortisol sekaligus mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi, dengan begini juga akan membagi distribusi lemak dari perut.
3. Berhenti diet ketat
Riset menunjukkan, bahwa diet terus-terusan bisa meningkatkan level kortisol hingga 18 persen. Sehingga, saat level kortisol meningkat, kadar gula darah akan mengalami "korsleting", awalnya tinggi, lalu mendadak turun. Hal ini akan membuat Anda jadi gampang marah, dan lapar. Saat otak kekurangan gula, kendali diri akan berkurang, dan keteguhan Anda pun berada dalam bahaya.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan berhenti berdiet superketat. Dianjurkan untuk makan tiga waktu makan utama dan dua camilan di antara makan pagi dan siang, serta antara makan siang dan malam supaya kadar gula darah tetap stabil. Dengan begini, Anda akan menjaga tubuh tidak lapar, tidak stres karena lapar, dan tetap bisa menurunkan berat badan.
4. Sesekali (sedikit) menyerah
Saat stres membuat Anda ingin makan yang manis-manis atau asin-asin, tak apa untuk menyerah sedikit. Akan lebih baik untuk menyerah pada keinginan diri sedikit untuk menghentikan respon kortisol sebelum berlebihan. Jika tiba-tiba Anda ingin makan cokelat, ambillah satu potong kecil, jangan lebih. Jika Anda memang bermasalah dalam menjaga kedisiplinan diri, ambil langkah-langkah pencegahan. Misal, hanya punya 1 wafer cokelat saja di rumah, jangan membeli satu kotak besar, atau simpan di dalam freezer, hingga Anda harus menunggunya mencair dulu.
5. Kurangi kafein
Ketika Anda dalam tekanan berat dan harus minum kopi, hindari yang berkafein. Karena, menurut penelitian University of Oklahoma, stres ditambah dengan kafein bisa meningkatkan level kortisol dalam jumlah signifikan. Penelitian berlangsung terhadap responden yang mengkonsumsi 2,5-3 gelas kopi saat stres ringan, yang mendorong level kortisol sekitar 25 persen, dan stabil selama 3 jam.
2. Makan perlahan
Saat stres, kita lebih sering makan dengan cepat, bahkan makanan sehat sekalipun. Bahkan, para ilmuwan menemukan kebiasaan makan cepat ini dengan peningkatan porsi, dan lemak pada perut yang berlebih. Namun Epel berhipotesa bahwa makan dengan perlahan, menikmati setiap gigitan, dan merasakan perut yang mulai kenyang, bisa menurunkan level kortisol sekaligus mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi, dengan begini juga akan membagi distribusi lemak dari perut.
3. Berhenti diet ketat
Riset menunjukkan, bahwa diet terus-terusan bisa meningkatkan level kortisol hingga 18 persen. Sehingga, saat level kortisol meningkat, kadar gula darah akan mengalami "korsleting", awalnya tinggi, lalu mendadak turun. Hal ini akan membuat Anda jadi gampang marah, dan lapar. Saat otak kekurangan gula, kendali diri akan berkurang, dan keteguhan Anda pun berada dalam bahaya.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan berhenti berdiet superketat. Dianjurkan untuk makan tiga waktu makan utama dan dua camilan di antara makan pagi dan siang, serta antara makan siang dan malam supaya kadar gula darah tetap stabil. Dengan begini, Anda akan menjaga tubuh tidak lapar, tidak stres karena lapar, dan tetap bisa menurunkan berat badan.
4. Sesekali (sedikit) menyerah
Saat stres membuat Anda ingin makan yang manis-manis atau asin-asin, tak apa untuk menyerah sedikit. Akan lebih baik untuk menyerah pada keinginan diri sedikit untuk menghentikan respon kortisol sebelum berlebihan. Jika tiba-tiba Anda ingin makan cokelat, ambillah satu potong kecil, jangan lebih. Jika Anda memang bermasalah dalam menjaga kedisiplinan diri, ambil langkah-langkah pencegahan. Misal, hanya punya 1 wafer cokelat saja di rumah, jangan membeli satu kotak besar, atau simpan di dalam freezer, hingga Anda harus menunggunya mencair dulu.
5. Kurangi kafein
Ketika Anda dalam tekanan berat dan harus minum kopi, hindari yang berkafein. Karena, menurut penelitian University of Oklahoma, stres ditambah dengan kafein bisa meningkatkan level kortisol dalam jumlah signifikan. Penelitian berlangsung terhadap responden yang mengkonsumsi 2,5-3 gelas kopi saat stres ringan, yang mendorong level kortisol sekitar 25 persen, dan stabil selama 3 jam.
Saat responden meminum 600 mg kafein, setara dengan 6 gelas kopi sepanjang hari, hormon stres itu meningkat hingga 30 persen dan stabil seharian. Anda akan merasakan efek ini jika tubuh terbiasa minum banyak kopi. Karena level kortisol yang tinggi bisa menyumbangkan keinginan makan saat stres, Anda mungkin bisa mempertimbangkan menghindari kafein sekalian.
6. Sarapan bergizi
Kekurangan vitamin B, C, kalsium, dan magnesium akan berdampak pada tubuh. Kekurangan zat-zat ini bisa meningkatkan level kortisol dan keinginan untuk mengemil. Tetapi Anda bisa menghambatnya dengan sarapan yang tinggi zat-zat tadi. Jus jeruk dan buah stroberi kaya akan vitamin C, yoghurt rendah lemak mengandung kalsium dan magnesium, roti gandum utuh kaya akan vitamin B, selai kacang kaya akan asam lemak yang bisa menurunkan hormon stres.
7. Tidur
Salah satu strategi pelawan stres yang efektif adalah tidur yang cukup. "Tubuh menghitung kekurangan tidur sebagai pemicu stres tinggi. University of Chicago menemuakn bahwa tidur 6,5 jam per hari bisa meningkatkan kortisol, nafsu makan, dan berat badan. Disarankan untuk tidur antara 7-9 jam/hari.
6. Sarapan bergizi
Kekurangan vitamin B, C, kalsium, dan magnesium akan berdampak pada tubuh. Kekurangan zat-zat ini bisa meningkatkan level kortisol dan keinginan untuk mengemil. Tetapi Anda bisa menghambatnya dengan sarapan yang tinggi zat-zat tadi. Jus jeruk dan buah stroberi kaya akan vitamin C, yoghurt rendah lemak mengandung kalsium dan magnesium, roti gandum utuh kaya akan vitamin B, selai kacang kaya akan asam lemak yang bisa menurunkan hormon stres.
7. Tidur
Salah satu strategi pelawan stres yang efektif adalah tidur yang cukup. "Tubuh menghitung kekurangan tidur sebagai pemicu stres tinggi. University of Chicago menemuakn bahwa tidur 6,5 jam per hari bisa meningkatkan kortisol, nafsu makan, dan berat badan. Disarankan untuk tidur antara 7-9 jam/hari.
Kekurangan tidur bisa meningkatkan level ghrelin, hormon pendorong rasa lapar. Dalam sebuah studi, diketahui bahwa mereka yang kekurangan tidur, keinginan makan makanan yang asinnya meningkat hingga 23 persen. Tetapi tidur yang cukup dan berkualitas bisa mengembalikan keseimbangan ini.
sumber: http://female.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar